JEMBATAN ambruk dapat disebabkan beban berlebih yang tidak sebanding dengan kemampuan jembatan untuk menahan beban sesuai rencana awal. Untuk itu, penting mencermati hal pembebanan untuk jembatan. Dalam SNI 1725:2016 tentang pembebanan untuk jembatan, ditetapkan beberapa persyaratan minimum. Perhitungan beban rencana dalam standar ini dapat digunakan juga untuk jembatan pejalan kaki dan bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan tersebut.
Standar baru tentang pembebanan untuk jembatan ini adalah revisi dari standar lama tentang pembebanan jembatan jalan raya, di antaranya revisi tentang kombinasi beban, beban gempa, beban angin dan beban fatik. Isi standar ini sebagaimana lazimnya standar lainnya, diawali dengan menjelaskan ruang lingkup dan istilah yang dimaksudkan untuk diatur oleh standar ini.
Standar ini juga berisikan ketentuan umum, berupa ketentuan teknis untuk menghitung aksi nominal, defi nisi tipe aksi serta faktor beban yang digunakan untuk menghitung besarnya aksi rencana. Perencana harus menentukan semua aksi yang dapat terjadi selama umur rencana jembatan. Pada dasarnya, fi losofi perencanaan dalam standar ini adalah jembatan harus direncanakan sesuai dengan keadaan batas yang diisyaratkan untuk mencapai target pembangunan, keamanan dan aspek layanan tanpa mengabaikan kemudahan inspeksi, faktor ekonomi dan estetika.
FAKTOR BEBAN
Faktor beban sangat penting dalam pembangunan jembatan. Faktor beban harus diperhatikan karena terkait dengan kondisi ekstrem akibat beban yang bekerja,sehingga dapat diketahui kondisi ekstrem maksimum dan minimum untuk setiap kombinasi pembebanan. Pada masa konstruksi, faktor beban dievaluasi pada keadaan batas kekuatan dan juga evaluasi lendutan pada keadaan batas layanan.
Faktor beban untuk pendongkrakan adalah untuk gaya rencana minimum besarnya 1,3 kali besar reaksi akibat beban permanen pada perletakan, kecuali ditentukan lain oleh pemiliknya. Jika selama proses pengangkatan jembatan tidak ditutup untuk lalu lintas, maka gaya pendongkrakan harus memperhitungkan reaksi yang timbul akibat beban hidup. Untuk gaya rencana minimum yang digunakan dalam perencanaan zona angkur tendon paska tarik adalah 1,2 kali gaya pendongkrakan maksimum.
Sumber : http://litbang.pu.go.id/berita/view/1417/cegah-jembatan-ambruk-dengan-sni
Jl. Yos Sudarso No. 35 Kel. Telaga Biru Kec. Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin RT. 34 RW. 02 laboratoriumpuprov.kalsel@yahoo.com